Laporan
Akhir Separation Chemistry
Modul
IV
A. Judul : Ekstraksi Minyak Kedelai Secara
Soxhletasi
B.
Tujuan :
Agar Mahasiswa dapat memahami cara penggunaan dan prinsip metode soxhletasi.
C.
Dasar Teori
1)
Kacang
kedelai
Kedelai adalah
salah satu komoditi pangan utama Indonesia setelah padi. Konsumsi kedelai pada tahun 2009 mencapai 2,3 juta ton per
tahun. Dari jumlah ini, 50% dikonsumsi berupa
tempe, 40% berupa tahu dan 10% berupa produk kedelai lainnya seperti minyak
kedelai (Ekasari, 2009). Di samping itu, konsumsi masyarakat yang tinggi
terhadap kedelai berupa tempe dan tahu menyebabkan banyak pabrik-pabrik tempe
dan tahu didirikan di Indonesia.
Pada pabrik
pembuatan tempe, dipastikan hampir tidak menghasilkan limbah. Sedangkan untuk
pabrik tahu, dalam pembuatannya menghasilkan hasil samping yang berupa limbah
pabrik tahu. Limbah pabrik tahu terdiri dari limbah cair dan ampas tahu yang
berkisar antara 25-67% produksi.[1]
Lemak dalam ampas
tahu tersebut dapat diekstraksi untuk mendapatkan minyak kedelai. Minyak
kedelai pada ampas tahu ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku
biodiesel. Pengambilan minyak kedelai dalam ampas tahu dapat dilakukan dengan
cara ekstraksi. Ekstraksi lemak dilakukan dengan cara ekstraksi leaching
menggunakan soxhlet ekstraktor. Solvent yang dipakai berupa solvent organik
non-polar yang polaritasnya sama, seperti misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
Kloroform (CHCl3), benzena (C6H6),
n-heksana (C6H14).
Karena ampas tahu mempunyai potensi besar sebagai bahan baku dalam proses
pembuatan biodiesel, maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Dalam
penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kondisi optimum dari variabel yang
telah ditentukan pada ekstraksi minyak kedelai, sehingga bukan hanya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel sebagai energi yang terbarukan, namun
juga dapat menambah nilai ekonomi ampas tahu.[2]
2) Minyak Lemak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter, Kloroform,
benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut
yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama
dengan pelaut tersebut. Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari
gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester . Hasil
hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang
panjang dan tidak bercabang. Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil
proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya
ketiga asam lemak tersebut berbeda –beda), yang membentuk satu molekul
trigliserida dan satu molekul air
Lemak dan minyak merupakan bahan yang sebagian besar dikandung bahan-bahan
dan produk-produk pertanian. Dengan diketahui kadar lemak dari suatu bahan,
maka dapat ditentukan bahwa bahan tersebut merupakan sumberlemak atau bukan
sumber lemak. Selain itu, apabila diketahui kadar lemak dalam suatu bahan, maka dalam penyimpanan bahan tersebut perlu
diperhatikan agar tidak terjadi proses hidrolis atau oksidasi terhadap lemak
yang mengakibatkan menurunya mutu bahan tersebut
Analisa
lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang
terdapat dalam bahan mkanan atau bahan pertanian, Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan
dengan proses ekstraksinyac atau ada pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan
(refining), penghilanganbau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching).
Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya
tahannya selama penyimpanan,sifat gorengnuya,baunya maupun rasanya.tolak ukur
kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka
peroksida ,tingkat ketengikan dan kadar air.[3]
3) Soxhletasi
Prinsip
soxhletasi yaitu Penyarian secara berkesinambungan, dimana cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi menjadi
molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun ke dalam
klonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas
bulat setelah elewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat
aktif menjadi sempurna.
Ekstraksi adalah penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dibagian
tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa
yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif dari tanaman dan
hewan terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda begitu pula
ketebalan masing-masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan
pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam
sel tanaman adlaah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik tersebut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpakat akan
terdistribusi ke luar sel dan proses ini terulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam sel dan di luar sel.[4]
Ekstraksi adalah suatu proses
pemisahan substansi dari campurannya atau zat pemegangnya, dengan menggunakan
suatu pelarut yang sesuai. Ekstraksi padat –cair merupakan proses yang paling
banyak ditemui di dalam usaha mengisolir substansi berkhasiat yang terkandung
di dalam bahan yang berasal dari alam. Sifat – sifat bahan alam tersebut
merupakan factor yang berperan sangat penting terhadap sempurnanya atau
mudahnya ekstraksi tersebut berlangsung. Soxhletasi merupakan ekstraksi padat –
cair yang berkesinambungan. Ekstraksi ini biasanya dilakukan dengan suatu alat
yang dinamakan Soxhlet .(Gugule,2005).
Ekstraksi padat cair atau leaching
adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam
pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan
dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan
apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan
pada padatan yang larut karena efektivitasnya. [5]
Dalam pelaksanaan proses ekstraksi,
faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: Tipe persiapan sampel, Waktu
ekstraksi, Kuantitas pelarut, Suhu pelarut, Tipe pelarut.
Adapun
syarat pelarut untuk ekstraksi:
1. Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
2. Titik didih rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi)
3. Mudah menguap
4. Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak/terbakar
5. Inert: Tidak bereaksi dengan solute
6. Murah (terutama untuk industry
1. Beda polaritas antara solvent dan solute kecil
2. Titik didih rendah (minyak akan rusak pada suhu tinggi)
3. Mudah menguap
4. Tidak berbahaya, tidak beracun, tidak mudah meledak/terbakar
5. Inert: Tidak bereaksi dengan solute
6. Murah (terutama untuk industry
Soxhlet ditemukan oleh
Franz Ritter von Soxhlet, seorang ahli kimia dari Jerman. Pada ekstraktor
Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap
tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa
cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan
membasahi padatan dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam
pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut
seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu
seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.Dalam pelaksanaannya, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Tinggi timbel hendaknya di bawah
pipa samping tetapi di atas sifon. Hal ini dimaksudkan agar tidak menghalangi
uap pelarut yang masuk ke dalam pendingin, dan mencegah keluarnya serbuk dari
timbel.
2. Bahan yang telah diserbuk halus
dimasukkan ke dalam timbel sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
terjadinya saluran – saluran pada penmabahan pelarut.
3. Tinggi bahan hendaknya di bawah
sifon agar bahan tersebut dapat selalu terendam dengan pelarut.
4. Untuk mencegah terjadinya percikan
– percikan bahan hendaknya ditutp dengan kertas saring.
5. Jumlah pelarut yang ditambahkan
adalah sedemikian rupa sehingga labu penampung terisi cairan minimal
sepertiganya.
6. Untuk membantu proses pendidihan
pada labu penmapung ditambahkan beberapa butir batu didih.
Setelah hal – hal ditas dilaksanakan,
ekstraksi dapat dilaksanakan. Ekstraksi dihentikan apabila :
1.
Cairan
yang tersirkulasi sudah tidak berwarna lagi ( bagi suatu bahan yang
disekstraksi mula – mula memberikan cairan yang berwarna ).
2. Cairan yang tidak memberikan rasa yang
sesuai denga rasa substransi yang diekstraksi.
3. Memberikan reaksi yang negatif bila
dilakukan reaksi identifikasi.
Keuntungan dari metode ini antara lain
:
1. Menggunakan penyari yang sedikit sebab
penyari itu juga yang akan digunakan
kembali untuk mengulang percobaan.
2.
Uap
panas tidak melalui simplisia, tetapi melalui pipa samping.
Kerugian dari metode ini, :
1. Tidak dapat menggunakan bahan yang
mempunyai tekstur yang keras.
2. Pengerjaannya rumit dan agak lama, karena
harus diuapkan di rotavapor untuk mmeperoleh ekstrak kental.
Dalam pelaksanaan proses ekstraksi,
faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
·
Tipe
persiapan sampel
·
Waktu
ekstraksi
·
Tipe
dan kuantitas pelarut
·
Suhu
pelarut[6]
Pada umumnya
metode Soxhlet merupakan metode ekstraksi yang bersifat kontinu. Metode ini
merupakan peralatan labu lemak yang disambungkan dengan alat destilasi Soxhlet
dan Kondensor. Lemak dapat diisolasi dengan mengekstraksinya menggunakan
pelarut non polar, sedangkan sampel kering yang akan diisolasi lemaknya
dibungkus dengan kertas saring. Prinsip penetapan kadar lemak kasar yaitu lemak
diekstrak dengan pelarut non polar, seperti heksana dan dietil eter. Setelah
pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya.
D. Alat dan Bahan
Ø Alat
Kertas saring timbangan penangas air
gelas ukur kondensor botol Vial
corong kaca arloji soxhlet labu alas bulat
Ø
Bahan
«
Kacang
Kedelai
«
Batu
Didih
Digunakan untuk meratakan pemanasan
agar tidak terjadi peledakan
«
n-heksan
Sifat Kimia : senyawa yang amat tidak reaktif, dan
sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.
E. Prosedur
Kerja
Kacang kedelai
|
Ditimbang 10 gr yang telah diiris,
dibungkus dengan kertas saring
Dimasukkan dalam tempat ekstraktor
soxhlet
Diisi 65 mL n-heksan dan batu didih
kedalam labu alas bulat
Dialirkan pendingin air, dipanaskan
labu bulat dengan penangas air
Ekstraksi dilakukan selama 3 jam,
labu didinginkan dan pelarut dipanaskan
dengan cara evaporasi pada evaporator
Destilat
|
residu
|
Ditimbang
Minyak kedelai
|
F. Hasil
pengamatan
Perlakuan
|
Hasil pengamatan
|
Ø
Menimbang
10 gr kedelai yang telah dihaluskan dibungkus dengan tisu
Ø
Memasukkan
dalam tempat ekstraktor soxhlet
Ø
Mengisi
labu alas bulat dengan 65 mL n-heksan
Ø Pendingin air dialirkan, labu bulat dipanaskan dengan
penangas air
Ø
Ekstraksi
dilakukan selama 3 jam, selanjutnya labu didingikan
Ø
Menguapkan
pelarut dengan cara evaporasi pada evaporator
Ø
ditimbang
|
Ø
Kacang
kedelai 10 gr yang dibungkus dengan tisu diikat dengan benang
Ø
Bungkusan
kedelai dalam klonsong
Ø
N-heksan
dalam labu alas bulat
Ø
N-heksan
menguap melalui tabung penguap masuk kedalam kondensor, turun kedalam
klonsong menyari simplisia, melewati pipa sipon dan kembali kedalam labu als
bulat
Ø
Labu
alas bulat telah dingin
Ø
Minyak
kedelai sebagai residu
Ø Minyak kedelai seberat 14,9%
|
Hasil sirkulasi
dalam 3 jam ekstraksi
sirkulasi
|
Waktu/menit
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
|
09.32 - 10.04
10.04 – 10.15
10.15 – 10.21
10.21 – 10.34
10.34 – 10.36
10.36 – 10.46
10.46 – 10.49
10.49 – 10.54
10.54 – 11.00
11.00 – 11.02
11.02 – 11.09
11.09 – 11.17
11.17 – 11.22
11.22 – 11.30
11.30 – 11.40
11.40 – 11.49
11.49 – 11.52
11.52 – 12.01
12.01 – 12.09
12.09 – 12.13
12.13 – 12.22
12.22 - 12.41
|
Perhitungan
Dik : Berat sampel = 10 gram
Dik : Berat sampel = 10 gram
Berat minyak kedelai yang
terekstrak = 1,49 gram
Dit : Persentase minyak kedelai dalam daging kedelai?
Peny :
= 14,9 %
G. Pembahasan
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia.
Penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila
cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi
telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Kacang kedelai merupakan salah satu yang mengandung
protein tinggi, makanan yang berkalsium tinggi, kacang kedelai juga unik karena
bebas dari racun kimia. Sedangkan tisu lemak hewan diketahui mengandung 20 kali
lipat baja berat, racun serangga dan racun tanaman dibandingkan yang terdapat
pada tanaman kacang-kacangan.
Kacang kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium
dan phosphorus. Kacang kedelai juga kaya akan vitamin B kompleks. [7]
Pada percobaan ini kita akan mengekstraksi minyak yang
terkandung dalam kacang kedelai dengan cara soxhletasi. Pertama yang kita
lakukan yaitu menimbang terlebih dahulu kacang kedelai yang telah dihaluskan
sebanyak 10 gr kemudian dibungkus dengan kertas saring atau tisu lalu diikat
dengan benang mengusahkan agar saat mengikat tidak sampai merusak tisu. Hal
yang perlu diperhatikan juga kita mengukur besarnya lingkaran dari klonsong
dengan sampel yang akan kita masukan. Dimana ketika dimasukkan, sampel tidak berdekatan
langsung dengan dinding klonsong agar udara dapat masuk, juga hal yang perlu
diperhatikan ukuran dari klonsong tidak bisa melewati batas pipa sipon
tujuannya agar ekstraksi dari minyak kedelai terjadi sempurna. Setelah hal yang
diatas terpenuhi maka selanjutnya memasukkan sampel tersebut kedalam klonsong
dengan melebihkan benang agar sampel tersebut dapat ditarik keluar.
Hal yang sama dilakukan dengan mengisi n-heksan 65 gr
kedalam labu alas bulat dan menambahkan batu didih agar tidak terjadi bamping
dan mempercepat pemanasan. Mulailah melekatkan alat-alat soxhletasi dengan
olesan paselin agar tidak terjadi pelekatan ketika hendak dikeluarkan.
Pendingin air dialirkan, labu bulat di panaskan dengan penangas air. Dimana
setelah dilakukan pemanasan, akan terjadi penguapan yang melewati tabung
penguapan. uap cairan ini akan terkondensasi setelah melewati pendingin balik
dengan turun kedalam klonsong untuk menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon.
proses ini berlangsung selama 3 jam agar penyarian zat
aktif menjadi sempurna. Dalam percobaan ini kita mendapatkan 22 kali sirkulasi
dalam waktu sekitar tiga jam. Selanjutnya labu didinginkan dan pelarut diuapkan dengan cara evaporasi
pada evaporator tujuannya agar pelarut dapat menguap. Sehingga mendapatkan residu 14,9 % dari minyak kacang kedelai.
H. Kesimpulan
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk
menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi sempurna
ditandai ketika tidak ada lagi warna dalam pipa sipon. Namun, hal ini jika sampel
yang tidak berwarna dilakukan selama 3-6 jam penguapan. Sehingga akan diperoleh
zat aktif dari ekstraksi minyak kedelai yang sempurna
Soxhletasi merupakan
penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Dari hasil ekstraksi dapat
diperoleh minyak kedelai sebesar 14.9% dari sampel kedelai 10 gr.
Daftar
Pustaka
Anwar, Chairil. Penuntun Praktikum
Kimia Organik. Jakarta: Depdibud
Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid
2. Jakarta: Erlangga
Khopkar, SM. 2002. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta:UI Press
Lehninger. 1997. Dasar-Dasar Biokimia
Jilid I. Jakarta:Erlangga
Soebagi, dkk. 2003. Kimia Analitik II.
Jakarta:IMSTEP
Winarno, FG. 2002.Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Teaching,
team. 2012. Modul praktikum dasar-dasar pemisahan analitik. Gorontalo : UNG
Lucas, Howard J, David Pressman.
Principles and Practice In Organic Chemistry
Anonim. 2012. ISOLASI DAN KARAKTERISASI MINYAK LEMAK DARI KEMIRI ( Aleurites moluccana ) dengan METODE
SOXHLET. http://chemical-richo17.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 25 april 2012.
Anonym.
2012. Kandungan kacang kedelai. http://susukedelai.blogspot.com/2007/04/kandungan-kacang-kedelai.html
[2] Rosalia
Aini La’bah. 2012. Kandungan kedelai
sebagai salah satu bahan pangan di Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai
[3] Netti. 2002. Lemak dan minyak. http://repository.usu.ac.id.pdf. Diakses pada tanggal
5 Desember 2011.
[4]. Teaching,
team. 2012. MODUL PRAKTIKUM DASAR-DASAR PEMISAHAN
ANALITIK. Gorontalo: UNG.
[5] Lucas, Howard
J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry
[6].anonim.
2012. ISOLASI DAN KARAKTERISASI MINYAK
LEMAK DARI KEMIRI ( Aleurites
moluccana ) dengan METODE SOXHLET. http://chemical-richo17.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 25 april 2012.
[7]Anonym.
2012. Kandungan kacang kedelai. http://susukedelai.blogspot.com/2007/04/kandungan-kacang-kedelai.html
kalo boleh tau, itu daftar pustaka tentang ekstraksi dri Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry,, halaman berapa yaa??
BalasHapusterima kasih...