LAPORAN
AKHIR SEPARATION CHEMISTRY
MODUL
V
A. Judul : Identifikasi Kurkumin Pada Temulawak
Secara Kromatografi Lapis Tipis
B. Maksud : Agar Mahasiswa dapat memahami cara kerja KLT
C. Tujuan : Identifikasi
senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT
D. Dasar Teori
Kromatografi digunakan untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase
gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam
dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih
lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis
menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah
lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel silika (atau alumina) merupakan
fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung
substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya
akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai.[1]
a)
Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Dalam teknik kromatografi, campuran
senyawa dapat dipisahkan menjadi komponnenya berdasarkan pendistribusian zat
diantara dua fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile), asas
penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien
distribusi yang berbeda diantara kedua fase yang disebutkan tadi. Senyawa yang
berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak
dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi, sebaliknya senyawa yang
berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap
komonen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam sistem
kromatografi sehingga menghasilkan pemisahan sempurna. Cara kromatografi dapat
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.[2]
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin
dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya.[3]
Kromatografi adalah teknik
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam
medium tertentu.
b) Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis
Prinsip Dasar kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan komponen
kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan
daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan
pengelusi.
Selain itu
Prinsip kerjanya memisahkan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan
dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang
digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara
sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis
menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah
lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina)
merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet.
Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini
biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat
pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan
kuning
ü Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:
Sebuah garis menggunakan pinsil
digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna
ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk
menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,
pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia
adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap
dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya
ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh
dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut
bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran
pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai
perbedaan bercak warna.
Pelarut dapat mencapai sampai pada
bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari
komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase
diam.
ü Perhitungan
nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah
terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan
identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak
yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas
lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai
dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran
berlangsung sebagai berikut:
Nilai
Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
ü mengidentifikasi
senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang
ingin diketahui senyawanya.Caranya : Setetes campuran ditempatkan pada garis
dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino
yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan
diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut
yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M
dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
c) Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi
Tidak Berwarna
ü Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis
tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya
menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu
berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi
dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak
berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada
lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak.
Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada
lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan
pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar
UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
ü Menggunakan
bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi
tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan
produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan
dari campuran asam amino.
Kromatogram
dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau
ungu.
ü Cara
Kerja Kromatografi Lapis Tipis
a.
Fase diam-jel silica
Jel
silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel
silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika
terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.
Permukaan
jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van
der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan
adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki
gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa
untuk alumina.
b.
Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram
Ketika
pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.
Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana
halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
- Kelarutan
senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul
senyawa dengan pelarut.
- Senyawa
melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana besar
atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
Terdapat
perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam
pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara
senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan
hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik
pada larutan keluar dari permukaan silika.
Penyerapan
pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang
tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang
kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.[4]
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.[4]
a) Pengertian
Kunir atau kunyit
Kunir atau kunyit, (Curcuma longa Linn. syn.
Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan
obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran
ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia
dan India
serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah
ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan
dan kecantikan.
Kunyit
tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae.
Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric
(Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir (Jawa),
Koneng (Sunda), Konyet (Madura).
Klasifikasi
dan Standar Mutu Kunyit Standard mutu kunyit (temulawak) untuk pasaran luar negeri
dicantumkan berikut ini:
1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
1) Warna : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
2) Aroma : khas wangi aromatis
3) Rasa : mirip rempah dan agak pahit
4) Kadar air
maksimum : 12 %
5) Kadar abu : 3-7 %
6) Kadar pasir
(kotoran) : 1 %
7) Kadar minyak
atsiri (minimal) : 5 %.[5]
Tabel 1. Rata-rata hasil dan mutu rimpang tiga varietas unggul
kunyit.
Varietas
|
Rata-rata hasil
(t/ha)
|
Kadar kurkumin(%)
|
Jumlah rimpang primer
|
Jumlah rimpang sekunder
|
Turina 1
|
20
|
8,66
|
7,96
|
9,53
|
Turina 2
|
30
|
10,66
|
4,91
|
8,42
|
Turina 3
|
30
|
8,15
|
8,68
|
13,78
|
E. Alat
dan Bahan
ü Alat
Plat KLT lampu UV kertas alluminium pinset
Mistar pipe kapiler chamber pengaduk
Gelas
Ukur pipet tetes gelas kimia
ü Bahan
-sampel kunyit
Rimpang
kunyit memiliki kulit luar berwarna jingga kecokelatan, dan daging buah
berwarna merah jingga kekuning-kuningan (Warintek, 2008). Rimpang kunyit
berbentuk agak bulat dan memiliki banyak percabangan pendek, rasanya pahit agak
getir dan beraroma khas kunyit. [6]
-sampel standar
-n-Heksan
Sifat kimianya: Rumus kimia C6H14
Massa molar
86.18 g mol−1 Penampilan Cairan tidak berwarna Densitas
0.6548 g/mL Titik
lebur Titik
didih Kelarutan
dalam air 13
mg/L at 20°C[1] Viskositas
0.294 cP
-kloroform
Sifat kimianya: Rumus molekul
CHCl3, Massa
molar 119.38 g/mol, Penampilan Colorless liquid, Densitas
1.48 g/cm3, Titik
lebur -63.5 °C, Titik didih
61.2 °C , Kelarutan
dalam air 0.8
g/100 ml at 20 °C
-metanol
Sifat
kimianya: Rumus
molekul CH3OH, Massa molar
32.04 g/mol, Penampilan colorless liquid, Densitas
0.7918 g/cm³, liquid Titik
lebur –97 °C, -142.9 °F (176 K), Titik didih 64.7 °C,
148.4 °F (337.8 K), Kelarutan
dalam air
Fully miscible Keasaman (pKa) ~
15.5, Viskositas
0.59 mPa·s at 20 °C Momen dipol 1.69 D (gas)
-dietileter
Sifat
kimianya: Rumus
molekul C4H10OC2H5OC2H5,
Massa molar
74.12 g/mol, Penampilan jernih, cairan tak berwarna, Densitas
0.7134 g/cm³, Titik
lebur −116.3 °C (156.85 K), Titik didih
34.6 °C (307.75 K), Kelarutan
dalam air 6.9
g/100 ml (20 °C) Viskositas
0.224 cP at 25 °C.
F. Prosedur
Kerja
1. Membuat
sampel 2. Membuat eluen
Hasil
pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
|
-
Sampel kunyit ditambah n-Heksan.
-
membuat eluen, dengan memvariasikan kloroform dengan
methanol dengan perbandingan 15:1
-
sampel yang di cari dan sampel standar ditotolkan pada
plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler.
-
Dimasukkan kedalam tabung camber dengan menggunakan
pinset
-
Dilihat noda naik sampai pada batas garis dan diangkat
serta diukur
|
- Ekstrak/Larutan
kunyit
- eluen dengan
perbandingan 15:1
- plat KLT yang telah
ditotolkan 2 sampel
- plat KLT dalam
tabung camber
|
Variasi
Eluen dengan beberapa perbandingan dan perhitungan
ü perbandingan
kloroform : methanol 5:1
Dik, ukuran plat =
pxl = 6.3x1,3 cm
jarak
tempuh eluen = 5,7 cm
jarak
tempuh noda sampel = 4,9 cm
jarak
tempuh noda standar = 4,9 cm
Dit, a) Rfsampel
= …?
b) Rfstandar
= …?
Penyelesaian,
Rf =
= =
0,78 cm
Catatan: karena jarak tempuh noda sampel dan noda standar sama
maka untuk perhitungan Rf juga sama.
ü perbandingan
kloroform : methanol 25:1
dik, ukuran plat =
pxl = 7x1,3 cm
jarak
tempuh eluen = 6 cm
jarak
tempuh noda sampel = 5,4 cm
jarak
tempuh noda standar = 6 cm
dit, Rfsampel
= …?
Rfstandar
= …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel -untuk noda standar
Rf = Rf =
=
=
0,9 cm =
=
1 cm
ü perbandingan
kloroform : dietileter 1:3
dik, ukuran plat =
pxl = 6x1,9 cm
jarak
tempuh eluen = 5,4 cm
jarak
tempuh noda sampel = 3 cm
jarak
tempuh noda standar = 2,4 cm
dit, Rfsampel
= …?
Rfstandar
= …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel -untuk noda standar
Rf = Rf =
=
=
0,5 cm =
=
0,4 cm
ü perbandingan
kloroform : dietileter 1:2
dik, ukuran plat =
pxl = 6x1 cm
jarak
tempuh eluen = 5 cm
jarak
tempuh noda sampel = 4 cm
jarak
tempuh noda standar = 4,3 cm
dit, Rfsampel
= …?
Rfstandar
= …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel -untuk noda standar
Rf = Rf =
=
=
0,8 cm =
=
0,86 cm
ü perbandingan
kloroform : methanol 15:1
dik, ukuran plat =
pxl = 5x1,2 cm
jarak
tempuh eluen = 5 cm
jarak
tempuh noda sampel = 4,5 cm
jarak
tempuh noda standar = 4,5 cm
dit, Rfsampel
= …?
Rfstandar
= …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel
Rf =
=
=
0,9 cm
G. Pembahasan
Kromatografi
juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.[7]
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.[7]
Fase Diam
Fase
diam yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada
permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika
kemudian digunakan serupa untukalumina.
Fase Gerak
Dalam
kromatografi, eluent adalah
fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed)
untuk melewati fasadiam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan
eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan
komponen
gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir
eluent dan jumlah umpan.
Kecepatan
gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu tergantung pada:
Bagaimana
kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar
atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Kunyit
adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia.
Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai,
dan juga digunakan untuk memberi warna
kuning pada masakan, atau sebagai pengawet.[2]
Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten,
misalnya untuk peradangan sendi (arthritis- rheumatoid)
atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif
mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul.
Umbi (rimpang)
yang berumur lebih dari satu tahun dapat dipakai sebagai obat, umbi (rimpang)
kunyit berkhasiat untuk mendinginkan badan, membersihkan, mempengaruhi bagian
perut Khususnya pada lambung , merangsang, melepaskan lebihan gas
di usus, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah, selain dari
itu juga digunakan sebagai bahan dalam masakan.
Kunyit juga
digunakan sebagai obat anti gatal, anti septik dan anti kejang serta mengurangi
pembengkakan selaput lendir mulut. Kunyit dikonsumsi dalam bentuk
perasan yang disebut filtrat, juga diminum sebagai ekstrak atau
diguna sebagai salap untuk mengobati bengkak dan terkilir. Kunyit juga
berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat, caranya dengan membakar
kunyit dan menghirupnya.[8]
Percobaan
terakhir untuk praktikum dasar-dasar pemisahan analitik yaitu identifikasi
kurkumin pada temulawak secara kromatografi lapis tipis. Hal yang pertama
dilakukan yang mengambil sampel kurkumin hasil dari evaporasi saat praktikum
tenteng soxhletasi, serta mengambil kurkumin standar sebagai perbandingan
antara sampel kurkumin yang diperoleh secara soxhletasi dan sampel yang telah
ditetapkan. Fungsi digunakan sampel standar untuk melihat apakah hasil yang
diperoleh akan sesuai dengan hasil standar. Jika ternyata sama hasilnya maka
sampel yang dicari terdapat kurkumin,tapi jika hasilnya jauh berbeda dapat
dikatakan pada sampel tersebut tidak terdapat kurkumin sesuai yang diinginkan.
Selanjutnya sampel dan sampel standar ditambahkan N-heksan lalu diaduk dan
ditutup, karena N-heksan mudah menguap sehingga sampel yang sudah dilarutkan
akan mengental/kering lagi.
Selain itu,
hal yang sama kita lakukan yaitu membuat eluen dari berbagai variasi antara
perbandingan kloroform:methanol(5:1,15:1, 25:1) dan kloroform:dietileter (1:2,
1:3). Setelah kita membuat variasi antara perbandingan tersebut, masing-masing
kelompok satu perbandingan. Dimana eluen ini sebagai fasa gerak yang berperan
penting dalam proses elusi yang akan melewati fasa diam (adsorben). Interaksi
antara adsorbent dengan eluent
sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Dengan mengukur
plat KLT, selanjutnya ekstrak diidentifikasi dengan KLT. Caranya ditotolkan
pada plat KLT sampel yang dicari dan sampel standar dengan menggunakan pipa
kapiler tepat pada garis bawah.setiap kali ditotol pipa kapiler dicelupkan pada
larutan N-heksan agar larutan sampel tidak tersumbat dalam pipa kapiler. mengingat
sulitnya memperoleh pipa kapiler, Maka cukup digunakan dua pipa kapiler untuk
semua kelompok. Pipa 1 untuk sampel yang dicari dan pipa dua digunakan untuk
sampel standar.
Plat KLT yang
selesai ditotolkan dimasukkan dalam tabung camber dengan posisi yang lurus agar
eluen yang membawa noda keatas lurus dan bersamaan dengan sampel standar.
Sehingga didapatkan pada perbandingan kloroform:methanol 5:1 diperoleh eluan
dengan noda yang baik pada plat KLT, Setelah dilihat pada lampu UV. Hal
demikian juga tidak perlu dilakukan pada lampu UV karena sampel yang digunakan
berwarna sehingga mudah melihat noda yang dibawah oleh eluen. Tapi, jika sampel
yang digunakan tidak berwarna berarti harus ditambahkan senyawa yang berwarna
pada sampel ketika dilihat pada lampu UV sehingga noda akan kelihat jelas.
Dibawah ini
beberapa gambar eluan yang divariasikan dengan perbandingan yang berbeda-beda:
Kloroform : methanol 5: 1
Kloroform : methanol 15:
1
Kloroform:methanol 25: 1 kloroform:dietileter
1:2 kloroform:dietileter 1:3
Dari gambar diatas dapat diketahui
variasi dengan perbandingan 5:1 yang
menghasilkan noda yang baik. kloroform digunakan sebagai pelarut
nonpolar karena untuk mengisolasi kurkumin yang bersifat nonpolar pada kunyit. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan,
namun mudah menguap.Dietil
eter digunakan sebagai pelarut
biasa dan telah digunakan sebagai anestesi
umum. Metanol pada
"keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,
tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih
ringan daripada etanol).
Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan
sebagai bahan additif bagi etanol industry dan bersifat polar agar dapat
menarik kotoran-kotoran yang masih tersisa dalam sampel yang bersifat polar.
H. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa:
1) Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
2) Prinsip Dasar kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan
komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara selektif karena
adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia
terhadap cairan pengelusi.
3) Pelaksanaan
kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram atau perhitungan Rf
atau pengidentifikasian senyawa-senyawa.
4) Jika
kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak berwarna
dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam pada sebuah
lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan
kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar
ultraviolet (UV).
5) Sehingga
diperoleh untuk masing-masing perbandingan memperoleh hasil seperti berikut:
ü perbandingan
kloroform : methanol 5:1
Rf = 0,78 cm
ü perbandingan
kloroform : methanol 25:1
Rf sampel= =
0,9 cm Rfstandar=
=
1 cm
ü perbandingan
kloroform : dietileter 1:3
Rf sampel = =
0,5 cm Rfstandar = =
0,4 cm
ü perbandingan
kloroform : dietileter 1:2
Rf sampel = =
0,8 cm Rfstandar
= =
0,86
ü
perbandingan kloroform : methanol 15:1
Rf sampel = =
0,9 cm
Daftar Pustaka
Anonym.
2012. Kimia instrument analisis
kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 10 mey 2012. http://www.chem-is-try.org/materi
kimia/instrumen analisis/kromatografi lapis tipis/
Anonym.
2012. Kromatografi lapis tipis.
Diakses tanggal 10 mey 2012.
Anonym.
2012. Kromatografi lapis tipis.
Diakses pada tanggal 5 mey 2012. http://greenhati.blogspot.com/p/profil-oriflame.html
Anonym. 2012. Klasifikasi dan standar mutu
kunyit. Diakses tanggal 12 mey 2012.
http://agromaret.com/post/klasifikasi_dan_standar_mutu_kunyit/91217145820
Team, Teaching DDPA. 2012. Penuntun Praktikum DDPA. Gorontalo: UNG
[1]Anonym. 2012. Kimia instrument analisis
kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 10 mey 2012. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/instrumen analisis/kromatografi lapis
tipis/
[3] Anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis.
Diakses tanggal 10 mey 2012.
[4].anonym.
2012. Kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 5 mey 2012. http://greenhati.blogspot.com/p/profil-oriflame.html
[5].Anonym.
2012. Klasifikasi dan standar mutu kunyit. Diakses tanggal 12 mey 2012. http://agromaret.com/post/klasifikasi_dan_standar_mutu_kunyit/91217145820
[6]
Anonym, 2012. Kajian lama pengecilan ukuran kunyit. Diakses tanggal 12 mey
2012. http://bakulpangan.blogspot.com/2011/10/kajian-lama-pengecilan-ukuran-kunyit.html
[7]Anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis.
Diakses tanggal 10 mey 2012.
[8]
Anonym. 2012. Kunyit. Diakses tanggal 11 mey 2012. http://www.wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar