Sabtu, 12 Mei 2012



 LAPORAN AKHIR SEPARATION CHEMISTRY
MODUL V

A.  Judul      : Identifikasi Kurkumin Pada Temulawak Secara Kromatografi Lapis Tipis
B.  Maksud  :  Agar Mahasiswa dapat memahami cara kerja KLT
C. Tujuan    : Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan    menggunakan KLT
D. Dasar Teori
          Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
          Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.
          Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
          Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.[1]
a)  Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
          Dalam teknik kromatografi, campuran senyawa dapat dipisahkan menjadi komponnenya berdasarkan pendistribusian zat diantara dua fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile), asas penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang berbeda diantara kedua fase yang disebutkan tadi. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi, sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap komonen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam sistem kromatografi sehingga menghasilkan pemisahan sempurna. Cara kromatografi dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.[2]
          Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
          Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.[3]
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu.

b)  Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis
          Prinsip Dasar kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi.
          Selain itu Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
          Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning

ü  Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:
          Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
          Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
          Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.

ü Perhitungan nilai Rf
          Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
          Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
ü mengidentifikasi senyawa-senyawa
          Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya.Caranya : Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
c)  Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi Tidak Berwarna
ü  Menggunakan pendarflour
          Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.
          Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
          Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
ü Menggunakan bercak secara kimia
          Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
ü Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis
a. Fase diam-jel silica
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.
b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram
          Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
-     Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
-     Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
          Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.
Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.[4]
a)  Pengertian Kunir atau kunyit
Kunir atau kunyit, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura).
Klasifikasi dan Standar Mutu Kunyit Standard mutu kunyit (temulawak) untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini:
1) Warna   : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
2) Aroma   : khas wangi aromatis
3) Rasa     : mirip rempah dan agak pahit
4) Kadar air maksimum : 12 %
5) Kadar abu                   : 3-7 %
6) Kadar pasir (kotoran) : 1 %
7) Kadar minyak atsiri (minimal)    : 5 %.[5]
Tabel 1. Rata-rata hasil dan mutu rimpang tiga varietas unggul kunyit.
Varietas
Rata-rata hasil
(t/ha)
Kadar kurkumin(%)
Jumlah rimpang primer
Jumlah rimpang sekunder
Turina 1
20
8,66
7,96
9,53
Turina 2
30
10,66
4,91
8,42
Turina 3
30
8,15
8,68
13,78






E.  Alat dan Bahan
ü  Alat












 


 
Plat KLT             lampu UV           kertas alluminium           pinset           

















 




Mistar               pipe kapiler               chamber               pengaduk






http://www.p4tkipa.org/image/clip_image019.jpg




Gelas Ukur        pipet tetes               gelas kimia
ü  Bahan
-sampel kunyit
            Rimpang kunyit memiliki kulit luar berwarna jingga kecokelatan, dan daging buah berwarna merah jingga kekuning-kuningan (Warintek, 2008). Rimpang kunyit berbentuk agak bulat dan memiliki banyak percabangan pendek, rasanya pahit agak getir dan beraroma khas kunyit.          [6]
-sampel standar        
-n-Heksan
Sifat kimianya: Rumus kimia C6H14 Massa molar 86.18 g mol−1 Penampilan Cairan tidak berwarna Densitas 0.6548 g/mL Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air 13 mg/L at 20°C[1] Viskositas 0.294 cP
-kloroform
Sifat kimianya: Rumus molekul CHCl3, Massa molar 119.38 g/mol, Penampilan Colorless liquid, Densitas 1.48 g/cm3, Titik lebur -63.5 °C, Titik didih 61.2 °C , Kelarutan dalam air 0.8 g/100 ml at 20 °C
-metanol
Sifat kimianya: Rumus molekul CH3OH, Massa molar 32.04 g/mol, Penampilan colorless liquid, Densitas 0.7918 g/cm³, liquid Titik lebur –97 °C, -142.9 °F (176 K), Titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K), Kelarutan dalam air Fully miscible Keasaman (pKa) ~ 15.5, Viskositas 0.59 mPa·s at 20 °C Momen dipol 1.69 D (gas)
-dietileter
Sifat kimianya: Rumus molekul C4H10OC2H5OC2H5, Massa molar 74.12 g/mol, Penampilan jernih, cairan tak berwarna, Densitas 0.7134 g/cm³, Titik lebur −116.3 °C (156.85 K), Titik didih 34.6 °C (307.75 K), Kelarutan dalam air 6.9 g/100 ml (20 °C) Viskositas 0.224 cP at 25 °C.
F.  Prosedur Kerja
1.    Membuat sampel                 2. Membuat eluen        







 




                                                                        


 

















Hasil pengamatan
Perlakuan
Hasil
-  Sampel kunyit ditambah n-Heksan.
-  membuat eluen, dengan memvariasikan kloroform dengan methanol dengan perbandingan 15:1
-  sampel yang di cari dan sampel standar ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler.
-  Dimasukkan kedalam tabung camber dengan menggunakan pinset
-  Dilihat noda naik sampai pada batas garis dan diangkat serta diukur
- Ekstrak/Larutan kunyit

- eluen dengan perbandingan 15:1


- plat KLT yang telah ditotolkan 2 sampel

- plat KLT dalam tabung camber




Variasi Eluen dengan beberapa perbandingan dan perhitungan
ü perbandingan kloroform : methanol 5:1
Dik,   ukuran plat = pxl = 6.3x1,3 cm
          jarak tempuh eluen = 5,7 cm
          jarak tempuh noda sampel   = 4,9 cm
          jarak tempuh noda standar   = 4,9 cm
Dit,    a) Rfsampel = …?
b)  Rfstandar = …?
Penyelesaian,
Rf =
     =  = 0,78 cm
Catatan: karena jarak tempuh noda sampel dan noda standar sama maka untuk perhitungan Rf juga sama.
ü perbandingan kloroform : methanol 25:1
dik,   ukuran plat = pxl = 7x1,3 cm
          jarak tempuh eluen = 6 cm
          jarak tempuh noda sampel   = 5,4 cm
          jarak tempuh noda standar   = 6 cm
dit,    Rfsampel = …?
          Rfstandar = …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel                          -untuk noda standar
Rf =                  Rf =
     =  = 0,9 cm                                       =  = 1 cm
ü perbandingan kloroform : dietileter 1:3
dik,   ukuran plat = pxl = 6x1,9 cm
          jarak tempuh eluen = 5,4 cm
          jarak tempuh noda sampel   = 3 cm
          jarak tempuh noda standar   = 2,4 cm
dit,    Rfsampel = …?
          Rfstandar = …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel                          -untuk noda standar
Rf =                  Rf =
     =  = 0,5 cm                                       =  = 0,4 cm
ü perbandingan kloroform : dietileter 1:2
dik,   ukuran plat = pxl = 6x1 cm
          jarak tempuh eluen = 5 cm
          jarak tempuh noda sampel   = 4 cm
          jarak tempuh noda standar   = 4,3 cm
dit,    Rfsampel = …?
          Rfstandar = …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel                          -untuk noda standar
Rf =                  Rf =
     =  = 0,8 cm                                         =  = 0,86 cm
ü perbandingan kloroform : methanol 15:1
dik,   ukuran plat = pxl = 5x1,2 cm
          jarak tempuh eluen = 5 cm
          jarak tempuh noda sampel   = 4,5 cm
          jarak tempuh noda standar   = 4,5 cm
dit,    Rfsampel = …?
          Rfstandar = …?
Penyelesaian,
-untuk noda sampel             
Rf =                 
     =  = 0,9 cm                                      

G. Pembahasan
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.[7]
Fase Diam
Fase diam yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untukalumina.
Fase Gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasadiam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan
komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir
eluent dan jumlah umpan.
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu tergantung pada:
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai pengawet.[2] Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis- rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul.
Umbi (rimpang) yang berumur lebih dari satu tahun dapat dipakai sebagai obat, umbi (rimpang) kunyit berkhasiat untuk mendinginkan badan, membersihkan, mempengaruhi bagian perut Khususnya pada lambung , merangsang, melepaskan lebihan gas di usus, menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah, selain dari itu juga digunakan sebagai bahan dalam masakan.
Kunyit juga digunakan sebagai obat anti gatal, anti septik dan anti kejang serta mengurangi pembengkakan selaput lendir mulut. Kunyit dikonsumsi dalam bentuk perasan yang disebut filtrat, juga diminum sebagai ekstrak atau diguna sebagai salap untuk mengobati bengkak dan terkilir. Kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat, caranya dengan membakar kunyit dan menghirupnya.[8]
Percobaan terakhir untuk praktikum dasar-dasar pemisahan analitik yaitu identifikasi kurkumin pada temulawak secara kromatografi lapis tipis. Hal yang pertama dilakukan yang mengambil sampel kurkumin hasil dari evaporasi saat praktikum tenteng soxhletasi, serta mengambil kurkumin standar sebagai perbandingan antara sampel kurkumin yang diperoleh secara soxhletasi dan sampel yang telah ditetapkan. Fungsi digunakan sampel standar untuk melihat apakah hasil yang diperoleh akan sesuai dengan hasil standar. Jika ternyata sama hasilnya maka sampel yang dicari terdapat kurkumin,tapi jika hasilnya jauh berbeda dapat dikatakan pada sampel tersebut tidak terdapat kurkumin sesuai yang diinginkan. Selanjutnya sampel dan sampel standar ditambahkan N-heksan lalu diaduk dan ditutup, karena N-heksan mudah menguap sehingga sampel yang sudah dilarutkan akan mengental/kering lagi.
Selain itu, hal yang sama kita lakukan yaitu membuat eluen dari berbagai variasi antara perbandingan kloroform:methanol(5:1,15:1, 25:1) dan kloroform:dietileter (1:2, 1:3). Setelah kita membuat variasi antara perbandingan tersebut, masing-masing kelompok satu perbandingan. Dimana eluen ini sebagai fasa gerak yang berperan penting dalam proses elusi yang akan melewati fasa diam (adsorben). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Dengan mengukur plat KLT, selanjutnya ekstrak diidentifikasi dengan KLT. Caranya ditotolkan pada plat KLT sampel yang dicari dan sampel standar dengan menggunakan pipa kapiler tepat pada garis bawah.setiap kali ditotol pipa kapiler dicelupkan pada larutan N-heksan agar larutan sampel tidak tersumbat dalam pipa kapiler. mengingat sulitnya memperoleh pipa kapiler, Maka cukup digunakan dua pipa kapiler untuk semua kelompok. Pipa 1 untuk sampel yang dicari dan pipa dua digunakan untuk sampel standar.
Plat KLT yang selesai ditotolkan dimasukkan dalam tabung camber dengan posisi yang lurus agar eluen yang membawa noda keatas lurus dan bersamaan dengan sampel standar. Sehingga didapatkan pada perbandingan kloroform:methanol 5:1 diperoleh eluan dengan noda yang baik pada plat KLT, Setelah dilihat pada lampu UV. Hal demikian juga tidak perlu dilakukan pada lampu UV karena sampel yang digunakan berwarna sehingga mudah melihat noda yang dibawah oleh eluen. Tapi, jika sampel yang digunakan tidak berwarna berarti harus ditambahkan senyawa yang berwarna pada sampel ketika dilihat pada lampu UV sehingga noda akan kelihat jelas.
Dibawah ini beberapa gambar eluan yang divariasikan dengan perbandingan yang berbeda-beda:
     Kloroform : methanol 5: 1                          Kloroform : methanol 15: 1









 






Kloroform:methanol 25: 1 kloroform:dietileter 1:2 kloroform:dietileter 1:3













 






            Dari gambar diatas dapat diketahui variasi dengan perbandingan  5:1 yang menghasilkan noda yang baik. kloroform digunakan sebagai pelarut nonpolar karena untuk mengisolasi kurkumin yang bersifat nonpolar pada kunyit.  Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap.Dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa dan telah digunakan sebagai anestesi umum. Metanol pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industry dan bersifat polar agar dapat menarik kotoran-kotoran yang masih tersisa dalam sampel yang bersifat polar.

H. Kesimpulan
            Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1)  Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
2)  Prinsip Dasar kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi.
3)  Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram atau perhitungan Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa.
4)  Jika kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak berwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV).
5)  Sehingga diperoleh untuk masing-masing perbandingan memperoleh hasil seperti berikut:
ü perbandingan kloroform : methanol 5:1
Rf = 0,78 cm
ü perbandingan kloroform : methanol 25:1
Rf sampel=  = 0,9 cm                          Rfstandar=  = 1 cm
ü perbandingan kloroform : dietileter 1:3
Rf sampel =  = 0,5 cm             Rfstandar =  = 0,4 cm
ü perbandingan kloroform : dietileter 1:2
Rf sampel = = 0,8 cm                            Rfstandar =  = 0,86
ü perbandingan kloroform : methanol 15:1
Rf sampel =  = 0,9 cm




















Daftar Pustaka
Anonym. 2012. Kimia instrument analisis kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 10 mey 2012. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/instrumen analisis/kromatografi lapis tipis/

Anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis. Diakses tanggal 10 mey 2012.

Anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 5 mey 2012. http://greenhati.blogspot.com/p/profil-oriflame.html

Anonym. 2012. Klasifikasi dan standar mutu kunyit. Diakses tanggal 12 mey 2012.
http://agromaret.com/post/klasifikasi_dan_standar_mutu_kunyit/91217145820

Team, Teaching DDPA. 2012. Penuntun Praktikum DDPA. Gorontalo: UNG
           


[1]Anonym. 2012. Kimia instrument analisis kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 10 mey 2012. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/instrumen analisis/kromatografi lapis tipis/
[2] Team Teaching DDPA. 2012. Penuntun Praktikum DDPA. Gorontalo: UNG

[3] Anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis. Diakses tanggal 10 mey 2012.
[4].anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis. Diakses pada tanggal 5 mey 2012. http://greenhati.blogspot.com/p/profil-oriflame.html
[5].Anonym. 2012. Klasifikasi dan standar mutu kunyit. Diakses tanggal 12 mey 2012. http://agromaret.com/post/klasifikasi_dan_standar_mutu_kunyit/91217145820
[6] Anonym, 2012. Kajian lama pengecilan ukuran kunyit. Diakses tanggal 12 mey 2012. http://bakulpangan.blogspot.com/2011/10/kajian-lama-pengecilan-ukuran-kunyit.html
[7]Anonym. 2012. Kromatografi lapis tipis. Diakses tanggal 10 mey 2012.
[8] Anonym. 2012. Kunyit. Diakses tanggal 11 mey 2012. http://www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar